Rabu, 12 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of Universe (Part 5)

Bagian 5: Asking Direction


Hampir 3,54 microdetik berlalu sejak photon berbicara dengan karbon bersaudara, namun dia masih tetap berada di posisi yang sama. Bukan untuk menunggu kedatangan neutrino, namun berpikir tentang misinya. Saat ini photon sudah lagi panik seperti saat dia sadar telah terpisah dari saudaranya. Photon sedang memikirkan misinya, dan langkah apa yang akan dilakukannya.

“Jika apa yang dikatakan oleh Tuan Karbon tadi benar, maka pergi bersama kedua saudaraku akan sangat berpotensi membahayakan kesuksesan tugas yang diberikan kepadaku. Dalam kondisi normal saja perlu waktu yang sangat lama untuk dapat keluar dari matahari ini. Apalagi jika rekan perjalananku buta arah, akan memakan waktu lebih lama lagi”, photon berbicara dengan dirinya sendiri. “Apa maksud partikeltua ku menugaskan kedua neutrino untuk menemaniku? Aku tidak mengerti. Jika aku ingat-ingat lagi apa yang dikatakan olehnya saat kami akan memulai perjalanan...”

 “Wahahahahaha...Wahahaha...!!!”

Photon terkejut sendiri.

“Mengapa malah suara menyeramkan Tuan Karbon yang muncul di pikiranku? Bikin kaget saja. Dan karenanya aku jadi melupakan perkataan partikeltuaku.” Photon menggerutu dalam pikirannya.

“Ya apa yang terlupakan biarlah terlupakan. Jika memang sudah tiba waktuku untuk mengingatnya, aku pun akan ingat dengan sendirinya.”Photon mencoba berpikir positif.

“Yang perlu kupirkirkan sekarang adalah hanyalah menyelesaikan tugas mulia yang diberikan kepadaku. Namun sebelum itu aku harus berhasil keluar dari matahari ini”.

Photon pun kembali melanjutkan perjalanannya separtikel diri.

Mungkin sebaiknya aku bertanya pada sesepartikel. Setidaknya aku perlu mengetahui di mana posisiku sekarang”, gumam photon.

Setelah beberapa waktu, photon berhenti di suatu titik. Di sana dia bertemu dengan sebuah partikel. Photon memutuskan untuk bertanya pada partikel tersebut.

“Permisi Tuan Partikel, bolehkah aku bertanya pada anda?” tanya photon pada partikel tersebut.

Namun tidak ada respon dari partikel tersebut. Photon pun kembali mengulang pertanyaannya.

“Permisi Tuan Partikel, bolehkah aku bertanya pada anda?” photon mengulang pertanyaannya.

Mendengar pertanyaan photon yang kedua kali, partikel tersebut lantas memutar badannya sehingga menghadap photon. Partikel tersebut memperhatikan photon sebentar, lantas  berkata:

“Hai bocah, apa tidak ada yang pernah mengajarimu sopan santun? Sebelum bertanya pada seseorang, perkenalkan dulu dirimu.” Ucap partikel tersebut pada photon.

“Oh, maafkan aku wahai Tuan Partikel yang baik.  Namaku adal..” belum selesai photon berkata-kata, partikel tersebut langsung memotong.

“Cukup, tidak penting siapa dirimu. Apa yang ingin kau tanyakan? Cepat tanyakan, aku sibuk”.

“Baiklah.Aku ingin bertanya kepadamu, di manakah posisiku sekarang ini? Jika aku ingin keluar dari matahari, ke arah mana aku harus pergi?” photon mengatakan pertanyaannya kepada partikel tersebut.

“Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, apakah kau tidak penasaran pada diriku?” partikel tersebut balik bertanya pada photon.

“Tidak Tuan”, jawab photon polos.

“Apa kau yakin?”, partikel tersebut kembali bertanya.

“Ya Tuan. Aku berkata sejujurnya”, jawab photon.

“Hei bocah, apa kau ingin aku menjawab pertanyaanmu? Jika ya maka ralat jawabanmu. Katakan kalau kau penasaran dan ingin mengetahui jati diriku.” Partikel tersebut berkata pada photon dengan nada sedikit mengancam.

“Baiklah. Aku sangat penasaran dan ingin mengenal dirimu”, ucap photon menuruti keinginan partikel tersebut.

“Hohohoho....baiklah jika kau memaksa. Namaku adalah Neutron. Sudah itu saja cukup. Informasi itu mahal.” Jawab partikel yang mengaku bernama Neutron tersebut.

“Eeehhh... Baiklah” ucap photon. “Jadi sekarang kau mau menjawab pertanyaanku”?

“Apa pertanyaanmu tadi?”

“Aku bertanya tentang..”

“Ya aku ingat. Apa kau pikir aku ini bodoh? Tidak perlu kau ulang pertanyaanmu”. Ucap Neutron.

“Baiklah Tuan. Aku menunggu jawaban.”

“2,3 elektron Volt.” Ucap Neutron.

“Maksud Tuan?” tanya photon tidak mengerti.

“Itu adalah biaya yang harus kau berikan padaku untuk dua pertanyaanmu tadi. Baiklah, satu pertanyaan saja. Satu pertanyaan aku beri secara gratis. Untuk pertanyaan pertamamu, kau sekarang berjarak 23780 km dari pusat matahari.”

“Sekarang bayar dan aku akan menjawab pertanyaan keduamu”.

“Aku tidak memiliki apa yang kau minta tuan”, photon menjawab jujur.

“Apa? Dasar partikel miskin. Jika tidak punya energi jangan bertanya pada orang lain.”

“Tolonglah Aku Tuan Neutron”. Photon memelas.

“Yayaya baiklah. Ikuti saja arah itu, maka kau akan baik-baik saja”. Ucap Neutron sambil menunjuk ke satu arah tertentu.

Tanpa pikir panjang photon langsung bergerak menuju arah tersebut sambil mengucapkan terima kasih pada Neutron.

“Terima kasih Tuan”.

“Ya cepat pergi sana”, balas Neutron.

Photon pun kembali melanjutkan perjalanannya.

124 tahun telah berlalu sejak dimulainya perjalanan photon.
***
363 tahun telah berlalu sejak dimulainya perjalanan photon.
***
1203 tahun telah berlalu sejak dimulainya perjalanan photon.
***
3766 tahun telah berlalu sejak dimulainya perjalanan photon.
***

Dan akhirnya, 13658 tahun sejak dimulainya perjalanan photon, photon masih berjarak 23780 km dari pusat matahari. Selama lebih dari 13 ribu tahun, photon bergerak pada arah tangensial matahari, dan masih meneruskan perjalanannya pada arah itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar