Kamis, 27 Juli 2017

Brainstorming: Sensor Massa Pakan

Ok, rehat dulu dari urusan si photon. Sekarang beralih dulu ke masalah kerjaan. Untuk diketahui bersama, feeder "eF" itu punya masalah yang bisa dibilang cukup serius terkait dengan pengukuran massa pakan yang dilontarkan. Variabel penting yang diperlukan oleh pengguna feeder adalah data pakan yang diberikan ke ikan per jadwal makan. Masalahnya adalah, yang diukur oleh feeder adalah lamanya dosing (takaran) berotasi, bukan massa pakan yang sebenarnya. Asumsi yang digunakan adalah, dosing berotasi dengan kecepatan sudut yang diketahui, dan massa pakan yang ditakar oleh dosing juga diketahui. Kesalahan fatal dalam hal menggunakan pendekatan ini adalah, konsistensi jumlah pakan yang ditakar atau kecepatan sudut dosing tidak terjamin. Banyak variabel yang dapat mengubah nilai kedua parameter ini misalnya penurunan tegangan listrik, gesekan, penyumbatan pakan, dan lain hal.

Karena yang diperlukan adalah informasi total massa pakan yang diberikan, maka pengukuran yang perlu dilakukan adalah pengukuran massa. Metode yang digunakan dapat menggunakan metode langsung ataupun metode tidak langsung. Metode yang digunakan di feeder "eF" saat ini adalah metode tidak langsung. Untuk metode langsung, dapat menggunakan metode pengukuran massa inersia atau massa gravitasi. Pengukuran massa inersia memanfaatkan hukum Newton dan hukum kekekalan mometum, sedangkan pengukuran massa inersia memanfaatkan interaksi massa terukur dengan medan gravitasi matahari.

Tinjau pengukuran massa gravitasi dahulu. Dari sisi instrumentasi, pengukuran massa gravitasi lebih mudah dilakukan. Cukup menggunakan 3-4 buah load cell ditambah sedikit pemrograman mikrokontroller, dan selesai. Kendalanya adalah, massa total feeder mencapai lebih dari 60kg, sedangkan ketelitian yang diinginkan adalah dalam orde gram. Jadi agar pengukuran massa gravitasi dapat dilakukan, diperlukan load cell yang dapat menahan beban hingga katakanlah 70kgf atau sekitar 700 N, namun cukup teliti untuk dapat mendeteksi perubahan gaya berat sebesar 1 grf atau sekitar 10 mN. Maasalah selanjutnya adalah, ketika pakan yang jatuh dilontarkan ke kolah, benturan yang dihasilkan antara pakan dengan kipas pelontar akan mempengaruhi pembacaan load cell. Oleh sensor, efek benturan ini akan diterjemahkan sebagai penambahan (atau pengurangan) massa pakan yang dilontarkan. Karena pelontar terikat ke feeder, maka efek tumbukan ini perlu diperhitungkan, atau setidaknya perlu diuji apakah efeknya signifikan atau tidak.

Selanjutnya adalah pengukuran massa inersia. Dibandingkan pengukuran massa gravitasi, pengukuran massa inersia dari sisi instrumentasi lebih sederhana. Satu buah load cell sudah cukup untuk melakukan pengukuran. Load cell dapat dirancang agar hanya mengukur impuls akibat benturan antara pakan dengan sensor saja, tanpa perlu mengukur massa total feeder yang mencapai lebih dari 60 kg tadi. Dengan demikian penggunaan load cell berkapasitas kecil namun memiliki ketelitian tinggipun dapat dilakukan. Hanya saja, sebagai ganti simplisitas instrumen, definisi parameter terkait sensor harus didefinisikan dengan jelas. Parameter tersebut antara lain debit pakan jatuh, kecepatan pakan sesaat sebelum menumbuk load cell, sudut pantulan pakan, jarak titik tumbukan relatif terhadap titik tumpu sensor, massa jenis pakan serta massa total dan dimensi sensor, termasuk momen inersia sensor. Selain itu, getaran mesin pelontar berpotensi menganggu hasil bacaan sensor. Semakin besar momen inersia sensor, semakin besar efek getaran mesin pada sensor.

Yah cukup segini dulu lah brainstorming sesi ini. Akan dilanjutkan di sesi berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar