Jumat, 04 Agustus 2017

Kamis, 03 Agustus 2017

Brainstorm: Impuls Angular

Rabu, 02 Agustus 2017

Little Photon: Journey To The Edge Of Universe (Part 13)

Part 13: Sejarah Grup (2)


Senin, 31 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of Universe (Part 12)

Part 12: Sejarah Grup (1)

Kini Gamma telah berhadapan dengan Hijau-1.

"Senang berjumpa deng..", belum selesai Gamma berkata, Hijau-1 memotongnya.

"Upss, apapun itu yang ingin kau ucapkan, tahan dulu. Sekarang adalah giliranku bertanya padamu. Hhmmmm.... kecuali kau ingin memujiku. Apa kau ingin memujiku?"

Gamma menjawab: "Tidak Tu.."

"Uppsss... Jika kau tidak memujiku makan tahan kata-katamu. Sekarang giliranku berbicara. jika aku berbicara, kau mendengarkan. Kau boleh bicara jika aku ijinkan kau bicara. Apa kau paham?"

"Ya Tu..."

"Uppss, aku belum mengijinkanmu untuk bicara. Ingat, kau hanya boleh bicara jika kuijinkan untuk bicara. Kau mengerti?"

Gamma diam tidak mengeluarkan suara apapun.

"Hai Photon muda, jika ada yang bertanya padamu, kau harus menjawab. Apalagi jika yang bertanya adalah Photon tua nan berwibawa sepertiku."

Gamma masih diam.

"Huh, dasar generasi sekarang tidak mengerti sopan santun".

"Tapi Tu..."

"Uppssss... aku masih belum mengijinkanmu bicara", Hijau-1 kembali memotong perkataan Gamma. Gamma pun kembali diam.

"Aku hanya iseng padamu, hohohooho.... Kau boleh bicara sekarang", ucap Hijau-1 sambil tertawa.

"Tuan ini ada-ada saja", balas Gamma. Dia pun lega karena telah lepas dari keisengan Hijau-1.

"Aku memperhatikan seluruh percakapanmu dengan VHF-64. Kau ingin menanyakan padaku sejak kapan Ketua Umum menjadi Ketua Umum, ya kan?".

"Benar Tuan Hijau-1", Gamma merespon perkataan Hijau-1.

"Hohohohoho... kebetulan aku sedang memiliki waktu luang. Aku akan menceritakan sejarah Grup ini  padamu".

"Bukannya kau memang tidak memiliki kegiatan selain melakukan keisengan terhadap anggota baru?", celetuk salah satu photon.

"Berisik, dasar amatir", balas Hijau-1.

"Wah aku mau mendengarnya Tuan Hijau-1", ucap Gamma bersemangat.

"Hohohohoho.... tapi sebelum itu Kau harus dapat menjawab pertanyaanku dengan secara tepat". 

"Baiklah. Apa pertanyaanmu Tuan Hijau-1?"

"Hohohoho siapkan dirimu. Ini pertanyaanya". 

"Kau sedang tersesat di suatu titik di matahari. kemudian kau bertemu dua partikel neutrino yang tidak kau kenal. Kau menanyakan arah pulang pada mereka. Satu neutrino menunjukkan suatu arah, sedangkan neutrino yang lain menunjukkan arah yang berlawanan dengan arah yang ditunjukkan neutrino pertama. Ke mana arah yang benar akan membawamu pulang?"


"Gamma pun langsung menjawab,"Tidak tahu Tuan".

Hijau-1 langsung terkaget. "Tidak mungkin!!, jawabanmu benar. Aku terkejut. Woooaaawwww..!! bagaimana kau dapat langsung menjawab pertanyaanku dengan tepat?".

"Iya Tuan. Alasannya adalah neutrino itu buta arah. Jadi percuma jika aku menanyakan arah pada mereka", Gamma menjelaskan alasan dari jawabannya.

"Hohohohohoho..... benar sekali. Baiklah, karena kau berhasil memberikan jawaban yang benar, aku akan menceritakan sejarah Grup ini padamu".

"Padahal dijawab salah pun kau akan tetap menceritakan sejarah Grup ini", kembali terdengar celetuk salah satu photon di dekat situ.

"Hohohoho... abaikan saja perkataan para amatir itu. Aku akan mulai bercerita".

"Dahulu kala ada lima partikel photon yang masing-masing menjadi pemimpin satu kelompok utama. Partikel tersebut adalah Gamma,  Ultraungu, Visual, IR, dan Radio. Saat itu hanya pemimpin yang memiliki identitas dan belum ada pembagian tipe seperti sekarang."

"Masing-masing kelompok memiliki sejumlah anggota. Aku termasuk ke dalam anggota kelompok yang dipimpin Visual. Begitu juga Ketua Umum merupakan anggota kelompok yang dipimpin Ultraungu".

"Kami berlima membentuk aliansi demi mencapai cita-cita menerangi alam semesta. Kami sepakat untuk selalu bersama. Kami pun pergi keluar dari matahari".

Namun tidak lama berselang, kami tiba di sebuah planet yang tidak bersahabat. Kami terkena badai magnetik menyebakan formasi grup menjadi hancur. Aliansi pun terpecah. Di tengah badai tersebut, Aku kehilangan kesadaran. Saat terbangun, aku bersama beberapa photon lain terjebak di dalam suatu kotak."

Hijau-1 bercerita dengan sangat antusias. Gamma pun semakin terfokus pada cerita Hijau-1.



Sabtu, 29 Juli 2017

Brainstorm: Mengukur Massa Inersia

Ya lanjut lagi. Jika di sesi sebelumnya telah dibahas secara cukup detail menurut saya tentang sistem pengukuran massa gravitasi pakan, maka pada sesi kali ini yang dibahas adalah analisis sistem pengukuran massa inersia pakan. Sempat saya singgung sedikit perbedaan antara pengukuran massa inersia dengan pengukuran massa gravitasi di sesi brainstorm pertama. Pengukuran massa gravitasi memanfaatkan interaksi massa objek terukur dengan gravitasi bumi, sedangkan pengukuran massa inersia memanfaatkan hukum 3 newton dan hukum kekekalan momentum serta melibatkan proses tumbukan antara objek terukur dengan objek lain.

Parameter penting yang perlu diketahui terkait dengan pengukuran massa inersia pakan adalah massa jenis pakan dan ukuran pakan. Pengukuran massa jenis pakan tidak bisa sembarangan, perlu metode khusus agar massa jenis yang terukur dapat sedekat mungkin dengan nilai sebenarnya. Pembahasan terkait metode khusus pengukuran massa jenis akan dibahas di sesi lain jika saya niat untuk bahas.

Ada dua jenis pakan, jenis pakan terapung dan jenis pakan tenggelam. Untuk pakan terapung, massa jenisnya kurang dari 1 gr/cm3, sedangkan untuk pakan tenggelam massa jenisnya lebih dari 1 gr/cm3.

Proses pengukuran adalah sebagai berikut. Pertama, pakan dijatuhkan dengan debit konstan. Selanjutnya pakan yang jatuh akan menumbuk load cell. Tumbukan berulang perlu dihindari, dengan demikian posisi load cell tidak boleh tegak lurus terhadap arah jatuh pakan. Memiringkan posisi load cell sebesar 450 akan memenuhi persyaratan yang diminta barusan, sekaligus memudahkan analisis tumbukan. Pergeseran load cell akibat tumbukan sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Tumbukan antara butiran pakan dengan load cell akan bersifat elastik sebagian. Tidak ada informasi koefisien restitusi tumbukan antara butiran pakan dengan load cell, dengan demikian analisis tumbukan untuk kasus elastik sempurna dan inelastiks sempurna perlu dilakukan untuk mendapatkan range impuls yang terbaca sensor. Load cell dengan kapasitas 1 kg seharusnya sudah lebih dari cukup. jika ternyata terlalu sensitif, ganti dengan load cell dengan kapasitas 5 kg.

Sistem pengukuran ini tidak dapat diterapkan pada feeder yang ada sekarang karena mekanisme transfer pakan yang sangat berbeda. sistem sekarang menggunakan penakar yang bersifat diskret, sementara sistem feeder dengan sensor pengukur massa inersia ini menggunakan penakar kontinu. Dari sisi material, energi, dan kerumitan desain, feeder yang menerapkan sistem pengukuran massa inersia akan lebih sederhana dibandingkan dengan sistem saat ini.

Ya cukup dulu untuk saat ini. Lanjut lagi nanti, atau besok, atau dua hari lagi, atau kapanpun saya pengen.

Jumat, 28 Juli 2017

Brainstorm: Mengukur Massa Gravitasi

Ya brainstormnya lanjut lagi. Kali ini brainstorming tentang pengukuran massa gravitasi pakan.

Sebelumnya sudah sempat dibahas kalau pengukuran massa gravitasi itu dari sisi proses lebih mudah dibandingkan pengukuran massa inersia. Kali ini pembahasannya akan lebih detail.

Katakanlah massa total pakan plus dispenser mencapai 60 kg. Menggunakan perhitungan kasar, tiga buah load cell dengan kapasitas beban 20 kg sudah mencukupi keperluan sistem pengukuran. Kenapa dipilih tiga buah load cell berkapasitas 20 kg. Bukankah bisa saja menggunakan cukup satu buah load cell dengan kapasitas 100 kg. Jawabannya, ya bisa saja. akan tetapi dari sisi kesetimbangan mekanik, feeder yang hanya menggunakan satu buah load cell kesetimbangannya tidak stabil karena hanya bertumpu di satu titik. Agar dapat mencapai kesetimbangan stabil, paling sedikit diperlukan tiga titik tumpu. Karena itu diperlukan minimal tiga buah load cell karena load cell ini selain sebagai sensor berat juga sebagai titik tumpu dispenser.

Posisi load cell diletakkan di tepian dispenser masing-masing berjarak 1200 satu sama lain. Ini bertujuan agar pusat massa dispenser berada di titik terendah relatif terhadap tumpuan, sehingga kondisi paling stabil tercapai.

Terkait dengan pemasangan load cell, yang menjadi masalah adalah sekarang ini dispenser dengan kaki feeder didesain menjadi satu kesatuan alias tidak dapat dilepas-pasang secara mudah. Jadi lokasi pemasangan sensor yang paling tepat untuk sistem feeder yang telah ada saat ini adalah di kaki-kaki feeder. 

Selanjutnya bahas sensitivitas sensor. Umumnya, load cell memiliki "rated output" sebesar 2mV/V. Rated output itu sederhananya adalah besar tegangan keluaran load cell ketika beban sebesar kapasitas yang tertera diberikan padanya. Misal dalam kasus ini kapasitas load cell adalah 20 kg, jadi jika pada load cell diberi beban sebesar 20 kgf atau sekitar 200N, maka load cell akan menghasilkan tegangan keluaran sebesar 2mV/V. Jika load cell diberi tegangan eksitasi sebesar 5V (tegangan eksitasi ini semacam Vcc lah), maka tegangan keluaran sensor adalah 10mV (2mV/V x 5V = 10 mV). Tegangan keluaran sensor ini akan dibaca oleh modul HX711. Modul ini akan menguatkan level tegangan output sensor, kemudian mengubahnya menjadi data digital. Modul ini memiliki resolusi ADC 24 bit, dan dapat diatur pada tingkat penguatan 32x, 64x, dan 128x. Pada mode penguatan 32x, tegangan maksimum yang dapat dikonversi menjadi data digital oleh modul adalah 80mV. Akan tetapi, beban 20kg akan menghasilkan tegangan keluaran sensor sebesar 10mV, dan setelah dikuatkan 32x akan menjadi 320mV, empat kali lebih besar dari tegangan maksimum yang dapat diolah modul. Karena itu akan perlu pembagi tegangan dengan output seperempat input. Karena modul hx711 memiliki resolusi 24 bit, maka perubahan tegangan terkecil yang dapat dibaca oleh modul adalah 10mV/2^24 = 6 x 10-7 mV. Jika 10mV setara dengan 20kg, maka 6 x 10-7 mV akan setara dengan 12 x 10-7 kg atau sekitar 1,2 mg. Jadi secara teori, sistem ini memenuhi persyaratan sensor sistem.

Yah cukup segini dulu brainstorm sesi ini. Dilanjut lagi nanti dengan pembahasan sensor massa inersia.

Kamis, 27 Juli 2017

Brainstorming: Sensor Massa Pakan

Ok, rehat dulu dari urusan si photon. Sekarang beralih dulu ke masalah kerjaan. Untuk diketahui bersama, feeder "eF" itu punya masalah yang bisa dibilang cukup serius terkait dengan pengukuran massa pakan yang dilontarkan. Variabel penting yang diperlukan oleh pengguna feeder adalah data pakan yang diberikan ke ikan per jadwal makan. Masalahnya adalah, yang diukur oleh feeder adalah lamanya dosing (takaran) berotasi, bukan massa pakan yang sebenarnya. Asumsi yang digunakan adalah, dosing berotasi dengan kecepatan sudut yang diketahui, dan massa pakan yang ditakar oleh dosing juga diketahui. Kesalahan fatal dalam hal menggunakan pendekatan ini adalah, konsistensi jumlah pakan yang ditakar atau kecepatan sudut dosing tidak terjamin. Banyak variabel yang dapat mengubah nilai kedua parameter ini misalnya penurunan tegangan listrik, gesekan, penyumbatan pakan, dan lain hal.

Karena yang diperlukan adalah informasi total massa pakan yang diberikan, maka pengukuran yang perlu dilakukan adalah pengukuran massa. Metode yang digunakan dapat menggunakan metode langsung ataupun metode tidak langsung. Metode yang digunakan di feeder "eF" saat ini adalah metode tidak langsung. Untuk metode langsung, dapat menggunakan metode pengukuran massa inersia atau massa gravitasi. Pengukuran massa inersia memanfaatkan hukum Newton dan hukum kekekalan mometum, sedangkan pengukuran massa inersia memanfaatkan interaksi massa terukur dengan medan gravitasi matahari.

Tinjau pengukuran massa gravitasi dahulu. Dari sisi instrumentasi, pengukuran massa gravitasi lebih mudah dilakukan. Cukup menggunakan 3-4 buah load cell ditambah sedikit pemrograman mikrokontroller, dan selesai. Kendalanya adalah, massa total feeder mencapai lebih dari 60kg, sedangkan ketelitian yang diinginkan adalah dalam orde gram. Jadi agar pengukuran massa gravitasi dapat dilakukan, diperlukan load cell yang dapat menahan beban hingga katakanlah 70kgf atau sekitar 700 N, namun cukup teliti untuk dapat mendeteksi perubahan gaya berat sebesar 1 grf atau sekitar 10 mN. Maasalah selanjutnya adalah, ketika pakan yang jatuh dilontarkan ke kolah, benturan yang dihasilkan antara pakan dengan kipas pelontar akan mempengaruhi pembacaan load cell. Oleh sensor, efek benturan ini akan diterjemahkan sebagai penambahan (atau pengurangan) massa pakan yang dilontarkan. Karena pelontar terikat ke feeder, maka efek tumbukan ini perlu diperhitungkan, atau setidaknya perlu diuji apakah efeknya signifikan atau tidak.

Selanjutnya adalah pengukuran massa inersia. Dibandingkan pengukuran massa gravitasi, pengukuran massa inersia dari sisi instrumentasi lebih sederhana. Satu buah load cell sudah cukup untuk melakukan pengukuran. Load cell dapat dirancang agar hanya mengukur impuls akibat benturan antara pakan dengan sensor saja, tanpa perlu mengukur massa total feeder yang mencapai lebih dari 60 kg tadi. Dengan demikian penggunaan load cell berkapasitas kecil namun memiliki ketelitian tinggipun dapat dilakukan. Hanya saja, sebagai ganti simplisitas instrumen, definisi parameter terkait sensor harus didefinisikan dengan jelas. Parameter tersebut antara lain debit pakan jatuh, kecepatan pakan sesaat sebelum menumbuk load cell, sudut pantulan pakan, jarak titik tumbukan relatif terhadap titik tumpu sensor, massa jenis pakan serta massa total dan dimensi sensor, termasuk momen inersia sensor. Selain itu, getaran mesin pelontar berpotensi menganggu hasil bacaan sensor. Semakin besar momen inersia sensor, semakin besar efek getaran mesin pada sensor.

Yah cukup segini dulu lah brainstorming sesi ini. Akan dilanjutkan di sesi berikutnya.

Rabu, 26 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of Universe (Part 11)

Part 11: Anggota Tertua Grup

Setelah Ketua Umum pergi, Gamma kembali mencoba untuk menikmati pesta penyambutan yang belum memperlihatkan tanda akan berhenti. Perhatiannya terfokus ke satu titik dekat sudut ruangan. Di titik tersebut banyak terlihat photon berkumpul, tapi Gamma tidak mengetahui apa yang mereka lakukan. Karena penasaran, Gamma pun bergerak menuju titik tersebut.

"Sepertinya ada sesuatu yang menarik di tempat ini", ucap Gamma setelah sampai di titik tersebut.

"Wohoho, lihat siapa yang datang bergabung, anggota baru grup kita, Sang Gamma-1!!", seru salah satu photon di sana.

"Hai Gamma, mari bergabung dengan kami. Kemarilah aku traktir kau", ucap photon yang lain. "Aku VHF-64, golongan radio. Ini kuberikan padamu sebagai hadiah perkenalan. Seraplah", lanjut photon yang memberikan traktiran kepada Gamma yang ternyata beridentitas VHF-64.

"Hai semua, senang berjumpa dengan kalian", Gamma memberikan salam kepada seluruh photon di tempat tersebut.  "Terima kasih atas traktiranmu VHF-64. Tapi ini apa? aku belum pernah lihat", ucap Gamma sambil memperhatikan wadah yang disodorkan.

"Ini adalah medan listrik. Sangat baik untuk kesehatanmu. Ayo seraplah", jawab VHF-64.

"Baiklah akan kucoba". Gamma pun menyerap medan listrik yang diberikan VHF-64.

"Wah ini sangat menyegarkan. Bagaimana cara mendapatkannya?", tanya Gamma.

"Kau harus membelinya dari pedagang medan listrik", jawab VHF-64.

"Membeli? apa itu?", Gamma tidak mengerti dan kembali bertanya.

"Jadi kau belum pernah melakukan transaksi energi ya. Membeli itu adalah proses menukarkan sejumlah energi untuk mendapatkan sesuatu hal. Dalam hal ini, mendapatkan medan listrik", VHF-64 menjelaskan pengertian membeli secara singkat.

"Aku pernah mendengar istilah energi sebelum ini. Ah iya, ketika aku bertanya pada Tuan Neutron. Dia meminta sejumlah energi sebagai syarat menjawab pertanyaanku.", Gamma mengingat momen pertemuannya dengan Neutron.

"Hooo kau bertemu dengan Neutron dan bertanya padanya? Dia akan memberikanmu informasi yang tidak benar namun juga tidak salah apabila kau tidak memberinya energi. Dulu aku juga pernah bertanya padanya dan dia menyesatkanku. Untungnya saat itu telingaku sedang sakit jadi perkataannya kurang jelas dan aku malah langsung sampai ke markas besar", balas VHF-64.

"Kau beruntung. Aku dibuatnya berputar-putar mengelilingi inti matahari selama lebih dari 13 ribu tahun", ucap Gamma.

"Hahaha, kasihan kau Gamma". Beberapa photon tertawa mendengar penuturan Gamma.

"Apa kalian tahu sejak kapan Ketua Umum menjadi Ketua Umum?", tiba-tiba Gamma bertanya tentang Ketua Umum.

"Ya kami tau, tapi kami kurang layak untuk menjawab pertanyaanmu. Photon terbaik yang dapat memberikan jawaban untuk pertanyaanmu adalah Hijau-1", jawab VHF-64.

"Hijau-1? di mana aku dapat bertemu dengannya?", tanya Gamma.

"Hohohohohoho..... sepertinya ada yang menyebut identitasku", tiba-tiba terdengar suara dari belakang Gamma.

Gamma pun memutar membalikkan badan, tapi dia tidak melihat ada partikel photon. 

"Hohohoho.... aku dibelakangmu wahai photon baru", suara tersebut kembali terdengar.

Gamma pun kembali membalikkan badan. Tapi tetap tidak dapat menemukan sumber suara tersebut.

"Apakah engkau Tuan Hijau-1? aku tidak dapat melihatmu".

"Hohohohoho... benar, aku adalah Hijau-1".

"Di mana engkau Tuan? Aku tidak dapat melihatmu wahai Tuan Hijau-01".

"Hohohoho.... sudah aku katakan bahwa aku ada di belakakangmu", jawab Hijau-1.

"Tapi aku sudah melihat ke belakang dan tetap tidak dapat melihatmu", balas photon.

"Hohohoho... tidak wahai photon baru. Yang kau lihat itu masih arah depan. Ketika kau berputar, arah belakangmu juga ikut berputar, hohohohoho....".

"Jadi bagaimana caranya agar aku dapat melihatmu Tuan?"

"Hohohohohoho.... kau harus melihat ke arah belakang tanpa memutar arah".

"Hah? apakah itu mungkin Tuan", tanya Gamma.

"Tentu saja tidak mungkin, hohohohohohoho......", jawab Hijau-1. "Yeah, selalu berhasil terhadap anggota baru, hohohohohohoho...", Hijau-1 melanjutkan tawanya.

"Ya sudah. Kau bisa berbalik untuk melihatku sekarang. Aku tidak akan usil lagi", lanjut Hijau-1.

"Baiklah Tuan Hijau-1". Gamma pun membalikkan badannya.  Dia pun berhadapan dengan Hijau-1, Anggota tertua di Grup.


Senin, 24 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of Universe (Part 10)

Part 10: Gamma

Pesta penyambutan anggota grup Photon yang baru masih berlangsung.  Kini para anggota baru telah memiliki identitas baru, termasuk photon yang kini beridentitas Gamma-1. Photon pun senang sekaligus bingung. Senang karena memiliki identitas baru sekaligus teman-teman baru. Bingung karena tidak mengerti apa itu Gamma, Ultraungu, dan lain-lain.

"Hai Gamma-1, selamat bergabung dengan grup ini. Karena kau satu-satunya photon bertipe Gamma dalam grup, tidak masalah kan jika aku memanggilmu dengan sebutan Gamma saja? untuk menyingkat sebutan", salah satu photon menyapa Gamma-1.

"Oh, hai. Ya tentu saja boleh, tidak masalah bagiku", balas Gamma. "Dan engkau, boleh aku tahu siapa identitasmu?", Gamma balik bertanya.

"Aku adalah IR-255. Ya kau boleh memanggilku dengan sebutan IR. Tapi hanya boleh jika hanya ada kau dan aku saja. Tidak sepertimu, aku bukanlah satu-satunya photon berjenis IR di grup ini.", balas IR-255.

"Baiklah senior IR, aku paham", jawab Gamma.

"Boleh aku bertanya, ada berapa tipe photon di grup ini?", Gamma lanjut bertanya.

"Wah ada banyak. Tidak mungkin aku sebutkan satu-satu", jawab IR-255. "Namun dari sekian banyak tipe photon, semuanya terbagi ke dalam lima golongan utama yaitu Radio, IR, Visual, Ultraungu, dan X-Gamma.". 

"Masing-masing kelompok utama terbagi menjadi beberapa tipe. Misalnya aku bertipe IR, aku termasuk golongan utama IR. Termasuk ke dalam kelompok utama IR adalah photon tipe IR, L-IR, H_IR, V-IR, dan R_IR.", tambah IR-255.

"Wow keren. Bagaimana denganku? berarti aku termasuk ke dalam kelompok utama X-Gamma?", tanya Gamma bersemangat.

"Ya benar sekali. Kau masuk ke dalam kelompok utama X-Gamma", jawab IR-255.

"Bagaimana cara Ketua Umum membedakan tipe photon?", tanya Gamma lagi.

"Hooo, pertanyaan itu hanya dapat dijawab oleh Ketua Umum. Maaf", jawab IR-255.

"Begitu, ya tidak apa-apa IR-255".

"Apa kau menikmati pesta ini?", tanya IR-255.

 "Sejujurnya aku masih sedikit gugup. Tidak ada yang aku kenal di sini.", jawab Gamma.

"Hahaha, tenang saja, santai. Nikmati pestanya, ini diadakan untuk menyambut kedatangan kalian. Kau dan empat anggota baru lainnya maksudku".  

"Ya akan aku coba untuk menikmati pesta ini", jawab Gamma.

Gamma pun mencoba menikmati pesta tersebut. Dia mendekati satu kerumunan photon.  Dilihatnya dua photon sedang berdansa ditengah kerumunan tersebut.

"Apa yang sedang mereka lakukan?", tanya Gamma.

"Mereka sedang melakukan tarian Interferensi", jawab salah satu photon di kerumunan tersebut.

"Wah keren", balas Gamma.

Tiba-tiba Ketua Umum menghampiri Gamma. Gamma pun terkejut.

"Tenanglah Gamma, aku hanya ingin berbincang-bincang denganmu", ujar Ketua Umum kepada Gamma.

"apa yang ingin engkau perbincangkan denganku wahai Ketua Umum?", tanya Gamma.

"Tidak ada yang serius", ucap Ketua Umum. "Kau adalah photon berjenis Gamma pertama yang bergabung dengan grup sejak grup ini didirikan. Dengan kehadiranmu di grup, rencana besarku akan segera dapat dilaksanakan, hohoho..", lanjut Ketua Umum.

"Rencana besar?", tanya Gamma penasaran.

"Ya. Tapi belum akan aku beri tahu detail rencanaku ini padamu. Akan tiba saatnya, yang jelas bukan sekarang", ucap Ketua Umum.

"Baiklah Ketua Umum", balas Gamma. "Boleh aku bertanya sesuatu padamu wahai Ketua Umum?, tanya Gamma lagi.

"Apa yang ingin kau tanyakan?", balas Ketua Umum.

"Bagaimana caramu menentukan tipe setiap photon di grup ini?"

"Hahaha....", Ketua Umum tertawa. "Kau ingin tahu bagaimana?", lanjut Ketua Umum.

"Iya Ketua Umum, aku ingin tahu", balas Gamma.

"Ada satu syarat yang harus kau penuhi terlebih dahulu", jawab Ketua Umum.

"Syarat apa wahai Ketua Umum?", tanya Gamma lagi.

"Syaratnya adalah, kau harus menjadi Ketua Umum", balas Ketua Umum.

Gamma ingin bertanya kembali, namun Ketua Umum lebih dulu berbicara. "Aku harus pergi sekarang. Ada suatu urusan yang harus kuselesaikan".

"Baiklah Ketua Umum. Semoga urusanmu terselesaikan dengan lancar", ucap Gamma.

"Ketua Umum meninggalkan ruangan..!!!", Ketua Umum pun berteriak, dilanjutkan dengan langsung pergi meninggalkan ruangan.


Minggu, 23 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of universe (Part 9)

Part 9: Identitas Baru

Photon masih sedikit kikuk di tengah riuh pesta dalam markas tersebut. Nyaris tidak ada partikel yang dikenalnya. Dia memperhatikan sekeliling, dan mendapati bukan hanya dirinya saja yang terlihat kikuk. Setidaknya ada dua photon lain yang terlihat sama kikuknya dengan dia. Photon pun menghampiri salah satunya.

"Hai kawan. Engkau juga baru ya?", photon memulai pembicaraan.

"Ah, hai juga kawan. Ya aku baru di sini. Engkau juga baru?", balas photon tersebut.

"Iya aku juga baru. Tidak ada yang kukenal di sini."

"Sama aku juga tidak mengenal siapapun. Sebaiknya kita berkenalan. Aku photon."

"Hai photon, senang berkenalan denganmu. Aku photon.".

"Senang juga berkenalan denganmu, photon."

Tidak berselang lama terdengar suara ketua rombongan.

"Kepada seluruh anggota baru grup Photon, harap berkumpul ke tengah ruangan"

"Wah kita dipanggil", seru photon. "Ayo kita ke sana", lanjutnya.

Ternyata selain photon, terdapat 4 partikel photon lain yang menjadi anggota baru grup Photon. Mereka berlima telah berkumpul di tengah ruangan dikelilingi oleh photon-photon lain yang telah menjadi anggota grup.

Ketua Umum pun mulai bicara.

"Kalian berlima, berbarislah".

Mereka pun berbaris.  Photon berada di posisi paling belakang.

"Aku akan memberikan identitas baru bagi kalian. Setelah aku memberikan identitas baru, kalian tidak lagi akan dipanggil sebagai photon saja. Kalian akan dipanggil sesuai dengan indentitas baru kalian", ucap Ketua Umum.

"Sebagai pembuka, aku akan memperkenalkan diri pada kalian. Aku adalah Ketua Umum ke -324 Grup Photon. Identitasku adalah Ultraungu-5. Aku telah menjadi Ketua Umum selama 9000 periode aktivitas inti matahari."

"Karena jabatanku sekarang adalah Ketua Umum Grup, maka kalian harus memanggilku dengan panggilan Ketua Umum. Tidak kurang, boleh lebih, misalkan Ketua Umum yang Bijaksana, hohohoho...".

"Kata 'hohoho' tidak termasuk. Itu tadi diriku tengah tertawa".

"Cukup perkenalan dariku. Aku akan mulai memberikan identitas resmi kalian".

"Untuk anggota baru  pertama. Aku berikan identitas baru padamu. Identitasmu sekarang adalah Jingga-2866".

"Selamat bergabung Jingga-2866", para anggota grup bersorak senang.

 "Anggota baru selanjutnya silahkan maju", ucap Ketua Umum. "Padamu, kuberikan identitas baru. Identitasmu adalah Biru-1133".

"Selamat bergabung Biru-1133", kembali anggota grup meneriakkan sambutan.

"Selanjutnya, silahkan maju".

Photon urutan 3 pun maju.

"Wah, rupanya kita mendapat anggota baru yang cukup spesial. Tidak banyak anggota Grup yang setipe denganmu", ucap Ketua Grup.

"Identitasmu yang baru adalah Ultraungu-7"

"Waahhh... Ultraungu baru!! Selamat bergabung" teriak para anggota photon.

"Selanjutnya engkau, silahkan maju".

"Ya-ya-ya, aku tahu siapa engkau. Baiklah, identitasmu yang baru adalah Nila-1788", ucap Ketua Umum.

"Selamat bergabung Nila-1788", pekik para anggota Grup.

"Dan engkau photon terakhir, silahkan maju."

Photon pun mendekat.

Ketua Umum memandang photon secara teliti, setelah beberapa saat tiba-tiba Ketua Umum terkejut.

"Akhirnya, setelah sekian lama, engkau muncul juga", Ketua Umum bersorak gembira.

"Wahai anggota grup Photon. Dengarlah perkataan ku ini. Hari yang ditunggu telah tiba. Akhirnya grup kita berhasil mengumpulkan seluruh jenis photon yang ada di inti matahari.", Ketua Umum berteriak  lantang.

"Dengan bangga aku anugerahkan padamu indentitas yang baru. Mulai saat ini, seluruh partikel yang menjadi anggota grup Photon akan mengenalmu sebaga Gamma-1!!".

"Gamma???", teriak salah satu anggota photon.

"Akhirnya grup kita memiliki anggota berjenis Gamma!!", teriak photon lain.

"Yeeeyyyy....!!!!" Suara gemuruh pun muncul.

"Selamat bergabung Gamma-1!!".

Dan sejak saat itu, photon pun dikenal sebagai Gamma-1, photon berjenis gamma pertama yang bergabung dengan grup Photon.

Sabtu, 22 Juli 2017

Little Photon:Journey to The Edge of Universe (Part 8)

Part 8: Markas Besar

Akhirnya photon dan grup yang menyambutnya pun sampai ke pintu gerbang markas besar. Di sana ada dua penjaga.

"Kata kunci", salah satu penjaga berkata pada pimpinan rombongan.

Pimpinan rombongan lalu berjalan mendekati pintu.

"Eehhmmm...... Hululalala-hulalahuhulahula-halaulalalulalulalalala!!!!!!"

Selesai mengucapkan kata kunci, pimpinan rombongan menunggu. Tidak berapa lama kemudian terdengar respon dari dalam gerbang.

"Kata kunci salah. Silahkan ulangi. Tersisa dua kesempatan lagi".

"Apa? baiklah aku ulangi. Hululalala-hulalahuhulahula-halaulalalulalulalalala!!!!!!" ketua rombongan kembali mengucapkan kata kunci.

".................."

"Kata kunci salah. Silahkan ulangi. Tersisa satu kesempatan lagi", respon yang sama kembali diberikan.

"Hei, apa yang terjadi? kemarin aku masih bisa menggunakan kata kunci ini", ucap ketua rombongan kesal.

"Penjaga pun merespon: "Tadi sebelum kalian datang, sistem keamanan pintu gerbang mengalami kerusakan. Jadi oleh tim pemelihara aset pintu gerbang diprogram ulang. Mungkin saja kata kuncinya ikut terprogram ulang".

"Kenapa kalian tidak mengatakannya sejak awal padaku. Apa kata kunci yang baru?"

"Kami tidak tahu", jawab penjaga.

"Merepotkan saja", ketua rombongan kemudian terlihat mengambil sesuatu dari dalam tubuhnya. Setelah dikeluarkan, ternyata yang dia ambil adalah kunci. Dia pun menggunakan kunci tersebut untuk membuka pintu gerbang, dan berhasil.

"Sejak awal aku memang tidak begitu percaya sistem keamanan otomatis ini, jadi aku selalu membawa kunci darurat".

"Baiklah, silahkan masuk". Rombongan pun masuk, termasuk photon.

Sesuai namanya, markas besar tersebut sangat besar dan luas. Namun anehnya hampir tidak ada apapun selain gambar photon-photon yang berjejer rapi pada dinding bangunan.

"Mereka siapa?" tanya photon penasaran.

"Mereka adalah para photon yang sukses melaksanakan misi mereka dan kembali", jawab ketua rombongan.

"Wooowwww.... sebanyak ini?"

"Ya. Gambarmu juga akan terpasang jika kau berhasil melaksanakan misimu.".

Sampailah mereka di suatu ruangan besar.

"Tunggu di sini. Sebentar lagi Ketua grup akan hadir".

Photon sedikit gugup. Dia membayangkan Ketua grup sebagai partikel photon yang sangat besar, garang.

Tidak berselang lama, terdengar suara teriakan.

"Ketua Umum akan memasuki ruangaaaannnn.....!!!"

Begitu berhenti suara tersebut, terlihat satu partikel photon bergerak menuju mimbar yang dikhususkan untuk Ketua Umum. Setelah partikel tersebut sampai, partikel tersebut berteriak.

"Ketua Umum telah hadir di ruangaaaannnn...!!!".

Rupanya Ketua Umum sendiri yang melakukan teriakan.

Photon yang menyaksikan prosesi kedatangan Ketua Umum pun terheran-heran.

"Mengapa dia berteriak begitu?"

"Entahlah. Sejak aku bergabung dengan grup ini, Ketua Umum sudah seperti itu", jawab salah satu photon yang berada di samping photon. "Aku dengar rumor kalau dulu Ketua Umum pernah terperangkap dalam kotak di suatu planet, bumi kalau tidak salah ingat. Beliau terjebak cukup lama dalam kotak tersebut. Hampir setiap hari Beliau selalu mendengar kalimat 'Paduka Raja akan memasuki istana kerajaan', atau semacam itu. Karena begitu sering mendengar ucapan tadi, Beliau pun menjadi terpengaruh. Begitu yang kudengar". Lanjutnya.

"Ya benar. Rumor lain menyebutkan kalau kotak yang memerangkap Ketua Umum disebut televisi", sahut photon lain.

"Hei kalian, cukup bicaranya. Ketua Umum akan memulai pidato penyambutan", ucap Ketua Rombongan kepada photon dan rekan bicaranya.

Ketua Umum pun mulai berbicara.

"Tanpa banyak berbasa-basi, sebagai Ketua Umum Grup Photon, aku nyatakan selamat bergabung untuk para anggota yang baru. Dengan ini kalian dinyatakan sah tergabung ke dalam Grup photon ini. Kalian akan diberi nomor induk. Nomor induk ini akan menjadi identitas kalian."

"Demikian pengumuman dariku.Silahkan berpesta", lanjut Ketua Umum.

Suara riuh pun muncul. Pesta penyambutan anggota baru grup photon dimulai.

Kamis, 20 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of Universe (Part 7)

Part 7: Penyambutan

Kurang lebih tiga hari telah berlalu, photon masih juga belum menemukan tempat yang dimaksud oleh Lithium.

“Di mana gerangan tempat yang dimaksud tuan Lithium, sudah cukup lama aku mencari tetapi masih belum bertemu juga”, gumam photon dalam hati. “Apakah tuan Lithium membohongiku? Tapi untuk apa, tidak ada motif. Lagipula beliau tidak terlihat sebagai partikel pembohong”.


Baru saja berkata begitu, tiba-tiba saja photon dikejutkan oleh segerombolan photon lain yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana.

"Yeeyyy... anggota baru!!" teriak salah satu photon.

"Selamat datang, selamat bergabung dengan kami!!" teriak photon yang lain.

Photon tidak dapat memahami situasi yang dialaminya saat ini. Bingung sebingung-bingungnya. Begitu banyak pertanyaan yang tidak dapat dia temukan jawabannya sampai-sampai dia lupa apa yang menjadi pertanyaannya. Photon hanya bisa diam dalam kebingungan.

Melihat reaksi photon yang terdiam begitu, salah satu photon menghampirinya.

"Hahaha, kau pasti bingung. Itu wajar. Semua rekan-rekanmu ini dulunya juga begitu, penuh kebingungan, hahaha..." kata photon diiringi tawa lepas.

""Apa yang sedang terjadi sekarang ini? aku tidak memahami kelakuan kalian" photon akhirnya dapat berkata-kata lagi walaupun tetap masih dalam kebingungan.

"Tenang, ini semua adalah perayaan kehadiranmu sebagai anggota baru grup kami." Jawab photon.

"Hah? aku tidak merasa mendaftar untuk menjadi anggota grup kalian"  balas photon.

"Hahaha.. tidak photon kecil. Kau mendaftar, hanya saja kau tidak menyadarinya."

"Nanti akan aku jelaskan. Sekarang mari kita pulang ke markas besar dulu." Ucap photon sambil mengajak photon untuk mulai bergerak. "Tidak usah takut, kami rekanmu", lanjutnya.

"Baiklah." Photon pun mulai bergerak bersama grup photon yang mengagetkannya tadi.

"Sambil berjalan, aku akan bercerita sedikit tentang penyambutan tadi. Kami sudah mengikutimu secara diam-diam sejak tiga hari yang lalu, tidak lama setelah engkau memasuki daerah kami."

"Memasuki daerah kalian?" Photon penasaran.

"Ya. Kalau kau lihat grup yang menyambutmu tadi, semuanya adalah photon. Kami hanya menerima photon sebagai anggota karena kita semua memiliki misi yang sama. Kau tahu apa itu?"

"Aku ditugaskan oleh ayahku untuk menerangi alam semesta. apakah itu yang kau maksud?"

"Benar sekali. Kita semua adalah photon, partikel yang memiliki tugas mulia menerangi alam semesta." Jawab photon bersemangat. "Setiap photon memasuki daerah kami memiliki kesamaan. Mereka itu berusaha keluar dari matahari dan berusaha mencari petunjuk jalan. Kau kemari karena diberi petunjuk oleh Lithium kan? dia adalah partikel yang kami sewa untuk memberi petunjuk pada photon-photon terpilih".

"Jadi begitu rupanya."

"Benar. Lithium kami beri tugas untuk menyeleksi photon-photon yang memiliki tekad untuk melaksanakan misi. Namun tidak semua photon yang kemari memiliki tekad yang cukup kuat. Karena itu kami melakukan seleksi lanjutan dengan cara mengikuti photon-photon yang datang secara diam-diam selama 3 hari. Jika mereka tetap mencari keberadaan kami, maka kami akan menyambutnya seperti yang kami lakukan kepadamu. Akan tetapi jika dia berbalik arah dan keluar dari daerah kami, maka kami menganggapnya sebagai photon yang tidak cukup memiliki tekad."

"Jadiaku lolos seleksi kalian?" tanya photon.

"Benar sekali saudaraku, kau lolos secara memuaskan. Karena itu sekarang kau telah menjadi anggota grup kami walaupun belum resmi. Peresmian keanggotaanmu akan dilakukan di markas besar".

"Baiklah" jawab photon.

"Dengan menjadi anggota, kau berhak mendapat informasi terkait pelaksanaan misimu. Dan yang lebih menarik lagi, kau tidak akan sendirian dalam melaksanakan misimu."

"Benarkah?" photon tiba-tiba menjadi semangat. Sudah cukup lama aku melakukan perjalanan sendiri. Kedua adikku, neutrino, yang seharusnya menjadi teman perjalananku sudah terpisah dariku bahkan ketika kami baru memulai perjalanan."

"Hahaha.. kuberi tahu satu hal wahai photon saudaraku. Kita adalah partikel tercepat di alam semesta. Jika kau bepergian dengan partikel yang bukan photon, partikel tersebut tidak akan pernah bisa mengikutimu. Kau hanya dapat pergi dengan sesama photon.".

"Aku baru mengetahui hal ini".

"Masih banyak hal yang perlu kau pelajari, dan semua itu akan kau dapatkan di markas besar nanti."

"Baiklah, aku menjadi bersemangat", ucap photon.

Mereka pun melanjutkan perjalanannya menuju lokasi yang disebut markas besar.

Jumat, 14 Juli 2017

Benarkah Anda Bekerja?


1. Intro

Di suatu pagi yang gelap, gerimis, lembab, suram, melankolis, menyedihkan, gak ada yang bikin semangat lah pokoknya,  kokok ayam yang sedang bengek membangunkan Photon (nama samaran, bukan nama sebenarnya). Terkejut dia ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 7.08 pagi. Lebih terkejut lagi dia ketika melihat langit di luar masih gelap. Namun setelah seluruh nyawanya kembali, diapun sadar kalau jamnya mati mati sejak 3 hari terakhir. Berdasarkan penerawangannya, disimpulkan bahwa waktu masih berada di jam 5.12 plus minus 23 detik. Masih dalam keadaan mengantuk, Photon mengambil handuk dan bergerak menuju kamar mandi. Ritual harian dimulai dengan "BAB" alias "Buang Air Besar". Photon pun berjongkok di atas kloset. Selama proses BAB Photon sempat tertidur kurang lebih 15 menit, dan tersadar ketika keseimbangannya hilang dan hampir jatuh. Photon pun bangkit, namun kakinya kesemutan karena terlalu lama berjongkok. Photon pun mulai mandi sambil menahan sakit akibat kesemutan di kakinya. Selesai mandi, Photon mengenakan pakaian kemeja putih yang telah disetrika 2 hari yang lalu, dipadankan dengan dasi kupu-kupu berwarna jingga dan celana jeans pensil ketat. Setelah selesai berdandan, Photon pun berangkat kerja, tapi sholat shubuh dulu. Sepuluh jam berlalu, Photon telah kembali ke rumah.

2. Definisi Kerja

Ya, benar. Intro di atas adalah cerita fiktif-fiktif nyata yang sangat sedikit kaitannya dengan bagian ini, ataupun bagian-bagian selanjutnya. Jadi mari lupakan kehidupan Photon dari fokus bahasan dan beranjak ke pembahasan definisi kerja.

Kerja didefinisikan sebagai perkalian titik antara vektor gaya dengan vektor perpindahan. Jika kerja dilambangkan dengan W,  gaya dilambangkan dengan F, dan perpindahan dilambangkan dengan S, maka kerja dapat dinyatakan sebagai:


W = F.S

Perpindahan itu sendiri didefinisikan sebagai perubahan posisi suatu titik relatif terhadap acuan tertentu. Sedangkan gaya didefinisikan sebagai perubahan momentum per satuan waktu dan momentum sendiri didefinisikan sebagai perkalian antara massa dengan kecepatan. Menggunakan aturan rantai kita juga dapat menyatakan gaya sebagai perkalian antara massa dikalikan dengan perubahan kecepatan per satuan waktu ditambah dengan kecepatan dikalikan dengan perubahan massa per satuan waktu. Karena setiap benda yang memiliki kecepatan pasti memiliki energi kinetik, dan energi kinetik bersama-sama dengan energi potensial termasuk ke dalam energi mekanik atau sebagian orang menyebutnya sebagai energi saja, maka kerja memiliki hubungan yang sangat erat dengan perubahan energi. Dikarenakan juga energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sebagaimana dinyatakan dalam hukum kekekalan energi mekanik, maka kerja juga dapat dinyatakan sebagai proses konversi energi dari satu bentuk menjadi bentuk yang lain.

Anda tidak salah baca. Kerja adalah proses konversi energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Kerja yang kita lakukan untuk mencari uang juga termasuk ke dalam definisi ini. Jangan salah, uang adalah salah satu bentuk energi. Itu juga yang menyebabkan kuliah "Fisika Ekonomi" bukanlah hal yang di luar kewajaran. Jika selama ini anda mengira bahwa ekonomi tidak memiliki kaitan dengan fisika, maka anda salah. Selamat.

Kerja dapat bernilai positif dapat juga bernilai negatif, dan definisinya bergantung pada sudut pandang pengamat. Dalam kasus kerja manusia, kerja positif adalah jika manusia lebih banyak menerima energi daripada mengeluarkan energi, Sebaliknya, kerja negatif apabila manusia lebih banyak mengeluarkan energi daripada menerima energi.

3. Tujuan Melakukan Kerja

Pernahkah anda berpikir, apa yang menjadi tujuan paling dasar anda bekerja? mengumpulkan uang? mengikuti hasrat hati? Selamat berpikir. Yang pasti, dua hal yang saya sebutkan tadi bukanlah tujuan paling mendasar seseorang bekerja. Setiap orang, bahkan setiap makhluk hidup dan yang pernah hidup memiliki tujuan dasar bekerja yang sama, yaitu mengkonversi energi yang dipancarkan matahari dan bintang-bintang lainnya (dapat diabaikan relatif terhadap matahari) menjadi energi kinetik (energi gerak) dirinya. Sederhananya, makhluk hidup bekerja agar dapat bergerak. jika anda sudah tidak lagi bergerak, alias mati, alias dead, anda tidak perlu lagi bekerja.

4. Tanda Bahwa Anda Bekerja

Mengulang definisi kerja yang saya tulis di bagian 2,kerja merupakan perkalian antara gaya dengan perpindahan, dan gaya merupakan perkalian antara massa dengan perubahan kecepatan per satuan waktu ditambah dengan kecepatan dikalikan dengan perubahan massa per satuan waktu. Ada beberapa tanda yang dapat dijadikan bukti bahwa anda benar bekerja.

- Ada perpindahan. Ini sangat jelas, dapat dilihat dari definisi kerja.

- Ada pertambahan kecepatan tiap selang waktu tertentu.

- Ada pertambahan volume.

- Ada pertambahan massa.

- Ada penumpukan energi potensial.

Kerja yang ditandai dengan perpindahan, ini berkaitan dengan pergerakan anda menuju visi. Walaupun lambat, sepanjang apa yang anda kerjakan membuat anda semakin dekat dengan visi anda, maka maka anda tergolong orang yang bekerja.

Kerja yang ditandai dengan penambahan kecepatan tiap selang waktu tertentu, atau bahasa lain yang lebih umum adalah percepatan, berarti fase kerja anda semakin lama semakin cepat. Mungkin saja anda hanya mengalami perpindahan yang sangat sedikit, atau meminjam istilah paragraf sebelumnya, tidak ada progress, namun sepanjang anda mengalami percepatan, anda masih terhitung melakukan kerja. Percepatan di sini berkaitan dengan ilmu dan pengalaman.

Kerja yang ditandai dengan pertambahan volume, ini berkaitan dengan jumlah transaksi bisnis yang anda lakukan. Kerja yang anda lakukan membuat anda semakin dikenal masyarakat, semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat dari anda dan membutuhkan anda.

Kerja yang ditandai dengan pertambahan masa, ini berkaitan dengan bertambahnya aset yang anda miliki. Jika apa yang anda lakukan menyebabkan aset anda bertambah, maka apa yang anda lakukan tergolong ke dalam kerja.

Dan terakhir, kerja yang ditandai dengan penumpukan energi potensial, ini tidak lain adalah berkaitan dengan jumlah uang yang anda kumpulkan. Jika kegiatan anda menyebabkan uang anda bertambah, maka yang anda lakukan itu tergolong ke dalam kerja.

5. Bekerja Memerlukan Energi

Untuk dapat melakukan kerja, diperlukan energi. Hal ini berdasarkan pada hukum kedua termodinamika yang menyatakan bahwa tidak ada mesin yang mampu mengubah energi 100%. Jika anda ingin mengubah energi hingga 100%, maka total energi yang terlibat dalam proses pasti lebih besar dari 100%, dan ini berasal dari energi anda, dan ini adalah bentuk lain dari hukum kedua termodinamika yang menyatakan bahwa perubahan entropi alam semesta selalu lebih besar dari nol.

Jika anda mengubah energi tanpa mengeluarkan energi, maka anda tidak lah bekerja. Yang sebenarnya bekerja adalah orang lain, yaitu mereka yang mengeluarkan energi. Berdasarkan pengertian ini, maka seorang rentenir yang memperoleh penghasilan dari bunga hutang tidak dapat dikatakan bekerja, dan rentenir itu sendiri tidak dapat dikatakan sebagai pekerjaan.

Bagaimana dengan ibu kos? apakah ibu kos bekerja? ya ibu kos bekerja. ibu kos mengonversi energi yang dimilikinya menjadi bangunan. Bangunan tersebut melindungi penghuninya dengan cara menyerap energi yang seharusnya mengenai penghuni. Energi yang seharusnya penghuni keluarkan untuk melindungi dirinya dari paparan energi yang tidak diinginkan, diubah menjadi energi dalam bentuk uang, dan energi dalam bentuk uang ini dialirkan ke ibu kos.

6. Konversi Mengharuskan Perubahan Jenis atau Sifat

Karena kerja adalah proses konversi energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, maka agar dapat dikatakan bekerja, perubahan bentuk energi harus ada dalam proses kegiatan yang anda lakukan. Contoh sederhana adalah pedagang bakso. Kegiatan yang dilakukan mengonversi energi dalam bentuk bakso menjadi energi dalam bentuk uang. Jadi berjualan bakso termasuk bekerja.

Ambil lagi kasus ibu kos. Katakanlah ibu kos tidak tahu-menahu masalah pembangunan kos-kosan miliknya. Dia hanya memberikan sejumlah uang untuk membangun. Artinya ibu kos melepas mengonversi uang menjadi uang yang lebih banyak. Bukankah tidak ada perubahan? oh tidak, sebenarnya ada dua proses konversi energi di sini.  Pertama konversi uang menjadi bangunan, dilakukan oleh ibu kos, kedua adalah konversi energi kimia menjadi uang, dilakukan oleh penyewa kos.

Sedangkan untuk rentenir, tidak ada proses konversi energi yang dilakukan olehnya. Semua proses konversi energi dilakukan oleh orang yang meminjam uang si rentenir. Keuntungan yang diperoleh seorang rentenir dari bunga uang pinjaman bukanlah akibat kerja yang dilakukan olehnya,  melainkan kerja orang lain yang dia ambil, mirip seperti parasit.

Seorang investor yang menginvestasikan uang yang dimilikinya pada seseorang untuk dikelola juga masuk kategori kerja. Sang investor mengubah uang yang dimilikinya menjadi aset perusahaan si penerima dana. Selanjutnya, si penerima dana mengeluarkan energi untuk mengaktifkan aset dan energi yang dikeluarkannya kembali menjadi uang. Uang hasil konversi aset inipun mengalir ke investor dan penerima dana. Jadi baik investor maupun penerima dana sama-sama melakukan kerja.

7. Penutup

Dan Photon pun istirahat karena besok masih hari kerja.

Kamis, 13 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of universe (Part 6)

Part 6: Deceived

Photon terus melaju hingga satu panggilan menghentikannya.

“Hei kau, wahai photon kecil. Apa yang engkau lakukan?”

Photon berhenti, mengamati sekeliling. Pandangannya tertuju pada suatu titik. Di sana tampak satu partikel yang sedang melambai, mengisyaratkan photon untuk mendatanginya.  Photon pun bergerak menuju partikel tersebut.

“Engkau memanggilku Tuan partikel? Ada apa gerangan?”, tanya photon.

“Aku hanya ingin bertanya, apa yang sedang engkau lakukan?”

“Aku sedang berusaha keluar dari matahari. Aku diberi tugas mulia oleh ayahku, menerangi alam semesta. Namun agar dapat melakukannya pertama-tama aku harus keluar dari matahari. “ jawab photon.

“Aku tahu itu. Semua photon terlahir dengan tujuan menerangi alam semesta. Yang ingin kutanyakan, mengapa kau bergerak di lintasan yang sama terus. Aku sudah mengamatimu melewati tempat ini setidaknya lebih dari segoogol kali. Kau tahu satu googol? sepuluh pangkat seratus”.

“Benarkah itu? Aku tidak menyadarinya” , ucap photon.

“Tentu saja kau tidak menyadarinya. Kau tidak mengamati dirimu bergerak. Akulah yang mengamatimu.”, balas partikel.

“Tapi aku tidak merasa mengubah arah gerakku. Aku bergerak lurus, dan beruntung tidak ada satu penghalang pun selama perjalananku hingga saat ini, hingga akhirnya kau memanggilku.”

“Tidak wahai photon kecil. Kau tidak bergerak lurus, melainkan bergerak berputar mengelilingi inti matahari. Kau tidak menyadarinya”.

“Benarkah itu tuan?”


“Untuk apa aku membohongimu?”, ucap partikel.”Yang kau alami ini adalah ulah graviton. Beruntung kau tidak sampai ditarik ke pusat matahari dan hanya dibuat berbelok saja. Sekali kau tertarik ke pusat matahari, kau tidak akan pernah bisa keluar dari sana selamanya.”

"Jadi selama ini aku mengikuti arah salah. Tuan Neutron ternyata membohongiku."

"Oh, jadi Neutron yang menunjukkan arah ini padamu? aku tidak yakin kalau dia membohongimu. Dia itu sangat jujur. Dia merupakan partikel ternetral yang pernah kujumpai. Boleh aku tahu apa yang dikatakannya kepadamu?, tanya partikel pada photon.

"aku bertanya kepadanya, arah mana yang harus kutuju agar dapat keluar dari matahari. Dia mengatakan 'Ikuti saja arah itu, maka kau akan baik-baik saja', kurang lebih begitu", jawab photon.

"HHmmm... secara teknis dia tidak berbohong. Dia memberikan informasi yang benar padamu, hanya saja informasi yang diberikannya tidak menjawab pertanyaanmu. Coba perhatikan dirimu, kau baik-baik saja bukan?", partikel memberi penjelasan pada photon.

"Wah benar juga, tidak terpikirkan olehku. Akus sudah berpikiran buruk pada tuan Neutron".

"Apa kau membayarkan sejumlah energi pada Neutron?" tanya partikel lagi.

"Tidak tuan. Aku tidak memiliki apa yang kau sebutkan tadi", jawab photon.

"Jelas saja Neutron tidak mau menjawab pertanyaanmu. Dia itu mata energian, tidak pernah mau memberikan informasi secara gratis. Tapi dia juga bukan partikel jahat yang tega mencelakakan partikel lain."

"Jadi begitu...", photon berkata dengan suara yang cukup rendah.

"Sebenarnya dulu Neutron tidak begitu. Dia punya teman dekat, namanya Proton. Mereka berdua sangat akrab hingga hampir selalu bersama sepanjang waktu.  Pernah suatu ketika mereka pergi ke sebuah pesta, proton minum terlalu banyak sehingga mabuk. Neutron yang berada di dekatnya tidak menghentikannya. Akhirnya terjadilah peristiwa mengerikan itu. Ketika pulang, proton yang dalam keadaan mabuk berat menumbuk partikel karbon yang baru saja lahir, mengakibatkan cacat permanen pada bayi karbon tersebut. Neutron yang saat itu tidak dapat menghentikan temannya ikut dipersalahkan dan diminta untuk membayar denda yang sangat besar. Sejak saat itu Neutron menjadi sangat perhitungan dengan energi"

"Padahal aku tidak bertanya, tapi tuan partikel ini bercerita panjang lebar kepadaku. Mungkin tuan ini mau berbaik hati menunjukkan arah perjalanan yang tepat", photon bergumam dalam hati.

"Kau beruntung aku memperhatikanmu. Aku adalah Lithium. Aku tidak dapat menunjukkan arah yang benar untukmu, tapi aku dapat menunjukkan arah ke suatu lokasi tertentu. Para partikel di sana akan dengan senang hati membantumu keluar dari matahari"

"Wah terima kasih banyak tuan Lithium", jawab photon senang.

"Pergilah ke arah sana. Lokasinya tidak terlalu jauh. Dengan kecepatanmu, kau akan sampai di sana dalam beberapa jam."

"Baik tuan Lithium. Terima kasih banyak atas bantuanmu.".

Photon pun melanjutkan perjalanan ke arah yang ditunjukkan oleh Lithium.

Rabu, 12 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of Universe (Part 5)

Bagian 5: Asking Direction


Hampir 3,54 microdetik berlalu sejak photon berbicara dengan karbon bersaudara, namun dia masih tetap berada di posisi yang sama. Bukan untuk menunggu kedatangan neutrino, namun berpikir tentang misinya. Saat ini photon sudah lagi panik seperti saat dia sadar telah terpisah dari saudaranya. Photon sedang memikirkan misinya, dan langkah apa yang akan dilakukannya.

“Jika apa yang dikatakan oleh Tuan Karbon tadi benar, maka pergi bersama kedua saudaraku akan sangat berpotensi membahayakan kesuksesan tugas yang diberikan kepadaku. Dalam kondisi normal saja perlu waktu yang sangat lama untuk dapat keluar dari matahari ini. Apalagi jika rekan perjalananku buta arah, akan memakan waktu lebih lama lagi”, photon berbicara dengan dirinya sendiri. “Apa maksud partikeltua ku menugaskan kedua neutrino untuk menemaniku? Aku tidak mengerti. Jika aku ingat-ingat lagi apa yang dikatakan olehnya saat kami akan memulai perjalanan...”

 “Wahahahahaha...Wahahaha...!!!”

Photon terkejut sendiri.

“Mengapa malah suara menyeramkan Tuan Karbon yang muncul di pikiranku? Bikin kaget saja. Dan karenanya aku jadi melupakan perkataan partikeltuaku.” Photon menggerutu dalam pikirannya.

“Ya apa yang terlupakan biarlah terlupakan. Jika memang sudah tiba waktuku untuk mengingatnya, aku pun akan ingat dengan sendirinya.”Photon mencoba berpikir positif.

“Yang perlu kupirkirkan sekarang adalah hanyalah menyelesaikan tugas mulia yang diberikan kepadaku. Namun sebelum itu aku harus berhasil keluar dari matahari ini”.

Photon pun kembali melanjutkan perjalanannya separtikel diri.

Mungkin sebaiknya aku bertanya pada sesepartikel. Setidaknya aku perlu mengetahui di mana posisiku sekarang”, gumam photon.

Setelah beberapa waktu, photon berhenti di suatu titik. Di sana dia bertemu dengan sebuah partikel. Photon memutuskan untuk bertanya pada partikel tersebut.

“Permisi Tuan Partikel, bolehkah aku bertanya pada anda?” tanya photon pada partikel tersebut.

Namun tidak ada respon dari partikel tersebut. Photon pun kembali mengulang pertanyaannya.

“Permisi Tuan Partikel, bolehkah aku bertanya pada anda?” photon mengulang pertanyaannya.

Mendengar pertanyaan photon yang kedua kali, partikel tersebut lantas memutar badannya sehingga menghadap photon. Partikel tersebut memperhatikan photon sebentar, lantas  berkata:

“Hai bocah, apa tidak ada yang pernah mengajarimu sopan santun? Sebelum bertanya pada seseorang, perkenalkan dulu dirimu.” Ucap partikel tersebut pada photon.

“Oh, maafkan aku wahai Tuan Partikel yang baik.  Namaku adal..” belum selesai photon berkata-kata, partikel tersebut langsung memotong.

“Cukup, tidak penting siapa dirimu. Apa yang ingin kau tanyakan? Cepat tanyakan, aku sibuk”.

“Baiklah.Aku ingin bertanya kepadamu, di manakah posisiku sekarang ini? Jika aku ingin keluar dari matahari, ke arah mana aku harus pergi?” photon mengatakan pertanyaannya kepada partikel tersebut.

“Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, apakah kau tidak penasaran pada diriku?” partikel tersebut balik bertanya pada photon.

“Tidak Tuan”, jawab photon polos.

“Apa kau yakin?”, partikel tersebut kembali bertanya.

“Ya Tuan. Aku berkata sejujurnya”, jawab photon.

“Hei bocah, apa kau ingin aku menjawab pertanyaanmu? Jika ya maka ralat jawabanmu. Katakan kalau kau penasaran dan ingin mengetahui jati diriku.” Partikel tersebut berkata pada photon dengan nada sedikit mengancam.

“Baiklah. Aku sangat penasaran dan ingin mengenal dirimu”, ucap photon menuruti keinginan partikel tersebut.

“Hohohoho....baiklah jika kau memaksa. Namaku adalah Neutron. Sudah itu saja cukup. Informasi itu mahal.” Jawab partikel yang mengaku bernama Neutron tersebut.

“Eeehhh... Baiklah” ucap photon. “Jadi sekarang kau mau menjawab pertanyaanku”?

“Apa pertanyaanmu tadi?”

“Aku bertanya tentang..”

“Ya aku ingat. Apa kau pikir aku ini bodoh? Tidak perlu kau ulang pertanyaanmu”. Ucap Neutron.

“Baiklah Tuan. Aku menunggu jawaban.”

“2,3 elektron Volt.” Ucap Neutron.

“Maksud Tuan?” tanya photon tidak mengerti.

“Itu adalah biaya yang harus kau berikan padaku untuk dua pertanyaanmu tadi. Baiklah, satu pertanyaan saja. Satu pertanyaan aku beri secara gratis. Untuk pertanyaan pertamamu, kau sekarang berjarak 23780 km dari pusat matahari.”

“Sekarang bayar dan aku akan menjawab pertanyaan keduamu”.

“Aku tidak memiliki apa yang kau minta tuan”, photon menjawab jujur.

“Apa? Dasar partikel miskin. Jika tidak punya energi jangan bertanya pada orang lain.”

“Tolonglah Aku Tuan Neutron”. Photon memelas.

“Yayaya baiklah. Ikuti saja arah itu, maka kau akan baik-baik saja”. Ucap Neutron sambil menunjuk ke satu arah tertentu.

Tanpa pikir panjang photon langsung bergerak menuju arah tersebut sambil mengucapkan terima kasih pada Neutron.

“Terima kasih Tuan”.

“Ya cepat pergi sana”, balas Neutron.

Photon pun kembali melanjutkan perjalanannya.

124 tahun telah berlalu sejak dimulainya perjalanan photon.
***
363 tahun telah berlalu sejak dimulainya perjalanan photon.
***
1203 tahun telah berlalu sejak dimulainya perjalanan photon.
***
3766 tahun telah berlalu sejak dimulainya perjalanan photon.
***

Dan akhirnya, 13658 tahun sejak dimulainya perjalanan photon, photon masih berjarak 23780 km dari pusat matahari. Selama lebih dari 13 ribu tahun, photon bergerak pada arah tangensial matahari, dan masih meneruskan perjalanannya pada arah itu.

Minggu, 09 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of Universe (Part 4)

Bagian 4: Meanwhile


Sementara itu, di suatu titik di dalam inti matahari.

"Kakak? oooiii kakak  photon????"

"Bagaimana ini? kita terpisah dari kakak". Ucap neutrino.

"Ya mau bagaimana lagi. Kakak lajunya sangat kencang. Kita tidak sanggup mengikutinya.", ujar neutrino lain.

"Lalu apa yang mesti kita lakukan? partikel tua kita menugaskan kita untuk menemani kakak photon, tapi kondisinya seperti ini".

"Kita lanjutkan perjalanan saja. Kita berusaha mencari kakak dahulu. Aku yakin kakak telah sadar kalau kita sudah tidak bersamanya lagi. Mungkin dia sedang menunggu kita di suatu tempat".

"Ya aku juga sependapat denganmu. Mari kita lanjutkan perjalanan. Apa kau ingat ke mana perginya kakak photon?"

"Aku tidak yakin, tapi sepertinya ke sana".

"Baiklah, ayo kita berangkat ke  sana, menyusul kakak photon".

Kedua neutrino bersaudara itupun melanjutkan perjalanan mereka, menuju arah yang mereka pikir akan menuntun mereka bertemu photon.

Mereka bergerak menuju pusat matahari.

Sabtu, 08 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of universe (Part 3)

Bagian 3: Alone


Photon panik. Hanya sesaat saja setelah perjalanannya dimulai, dia telah terpisah dari kedua adiknya. Dia mengalami dilema, haruskah dia meneruskan perjalanannya, atau haruskah dia berbalik arah dan mencari kedua adik kembarnya itu. Photon tidak yakin akan berhasil menemukan kedua adiknya di tengah kepadatan lalu lintas partikel yang nyaris tidak memiliki celah. Namun dia juga merasa was-was jika harus melanjutkan perjalanannya separtikel diri. Akhirnya dia memilih jalan tengah, menunggu.

Photon pun menunggu, dan terus menunggu sambil memperhatikan sekelilingnya, terutama daerah yang dilaluinya tadi. Namun tidak ada tanda-tanda kedua adiknya. Jangankan tampak, jejak energinya pun tidak terasa mesti hanya sedikit.
Ditengah padatnya lalu lintas partikel, photon melihat sebuah partikel bergerak tepat menuju dirinya. Harapannya sempat naik, namun kembali turun ketika dilihatnya ukuran partikel tersebut jauh lebih besar daripada ukuran kedua adiknya. Setelah beberapa waktu sampailah partikel besar tersebut ke lokasi photon.

“Permisi Pak Partikel Besar, apakah anda melihat dua partikel mungil, kira-kira seukuran satu per tiga milyar dua ratus delapan puluh tiga juta tujuh ratus sembilan puluh empat ribu empat ratus empat puluh lima kali ukuran anda bergerak menuju tempat ini dari arah yang sama dengan anda?” Tanya photon dengan harapan mendapat petunjuk tentang posisi kedua neutrino adiknya.

Partikel besar tersebut kemudian berhenti tepat di depan photon, mengamatinya sejenak, lalu memberikan respon yang benar-benar tidak terduga oleh photon.

“WAHAHAHA.... WAHAHA...WAWAHAHAWAHA...WAHAHAHAHAHAHA....!!!”

Mendapat respon seperti itu, photon terdiam kaku, berpikir sekeras yang dapat dilakukannya, namun tidak berhasil memperoleh terjemahan dari respon yang didapatnya selain “tawa menyeramkan”. Instingnya pun mulai mengambil alih. Photon bergarak mundur secara perlahan menjauhi partikel besar tersebut, takut partikel besar tersebut akan melukai dirinya jika dirinya jika melakukan gerakan yang tiba-tiba.

Melihat photon bergerak menjauh, partikel besar tersebut bukannya pergi, tapi malah mendekati photon.

“WAHAHAHA.... WAHAHA...WAWAHAHAWAHA...WAHAHAHAHAHAHA....!!!”

Kembali partikel besar memberikan respon tawa menyeramkan. Photon pun semakin takut hingga tidak berani bergerak.

“Ampuni saya wahai Tuan Partikel Besar, jangan makan saya, jangan sakiti saya. Saya hanya ingin bertanya kepada Tuan tentang adik saya. Tidak ada maksud lain Tuan” Ucap photon sambil memelas, berharap pertikel besar di hadapannya tidak akan menyakiti dirinya.

Sang partikel besar pun berhenti mendekati photon, namun tidak menunjukkan indikasi dirinya akan pergi dari tempat tersebut. Pandangannya terfokus pada photon dan photon pun menyadari itu.

Tidak berapa lama berselang, datang partikel besar kedua yang sama persis dengan partikel besar pertama. Melihat ada dua partikel besar dihadapannya, photon pun semakin takut.

“Tenang wahai photon kecil, tidak usah takut. Kami tidak akan menyakitimu. Perkenalkan, aku adalah Karbon. Partikel besar yang ada di sampingku ini adalah Karbon. Kami bersaudara. Engkau boleh memanggil kami dengan sebutan Karbon”, Karbon memperkenalkan dirinya.

“Aku sempat memperhatikan percakapan kalian tadi. Dan aku paham kenapa engkau merasa takut dengan saudaraku ini. Bukan hanya engkau yang takut. Beberapa waktu yang lalu saudaraku menghampiri satu partikel Muon dan mencoba berbicara dengannya.  Muon tersebut sangat ketakutan, dia meluruh dan hilang tanpa jejak dalam sekejap”.

“saudaraku ini tidak bermaksud jahat. Sebenarnya dia menjawab pertanyaanmu. Hanya saja dia berbicara dalam bahasa karbon.”

Karbon kembali melanjutkan: “Tidak seperti diriku, saudaraku ini hanya dapat berbicara dengan bahasa karbon. Dia paham pertanyaanmu, namun tidak dapat menjawab menggunakan bahasamu. Dulu ketika dalam kandungan saudaraku ini sungsang, jadi ada sedikit kelainan bawaan.Ditambah lagi beberapa saat setelah dilahirkan dia ditabrak dengan sangat keras oleh partikel proton yang mabuk.”

Mendengar penjelasan tersebut, photon pun lega.

“WAHAHAHAHAHA..??” Tanya karbon kepada saudaranya.

“WAHAHAHAHAHA. WAHAHA..HAHAHAHA.... WAHAHAWAHAWAHA.. WAHAHAHAHAHA... WAHAAAHAHA..!!”.

“Baiklah, aku paham. Biar aku terjemahkan apa yang saudaraku ucapkan kepadamu. Tadi dirimu bertanya tentang kedua adikmu, neutrino kan? Saudaraku menjawab, ‘tidak usah menunggu. Kau tidak akan mungkin bertemu kembali dengan mereka”. Tapi kata saudaraku kau tidak paham, jadi saudaraku kembali mengulang ucapannya kepadamu”.

“Jadi begitu rupanya. Maafkan aku Tuan Karbon, aku telah salah paham kepadamu. Tapi mengapa engkau sangat yakin bahwa aku tidak akan bertemu lagi dengan kedua adikku itu?

“Rupanya engkau tidak tahu. Aku ingin memastikan, ketika kalian memulai perjalanan, siapakah yang berada di depan”? tanya Karbon.

“Aku, diikuti oleh kedua adikku”, jawab photon.

“Wahai photon kecil, ketahuilah bahwa neutrino itu buta arah. Berjalan di depan mereka adalah kesalahan terbesarmu.”, ucap Karbon kepada photon. 

“Apa? Oh tidak.... pantas sebelum berangkat mereka berkata arah manapun tidak menjadi masalah..”

“Jadi engkau tidak perlu menunggu lagi. Lanjutkan saja perjalananmu.” Ucap Karbon. “Kami juga harus melanjutkan perjalanan. Ada konferensi yang diadakan kaum karbon di tepi inti matahari dengan topik peluang membentuk polimer hidrokarbon tak jenuh di dalam inti matahari. Sayangnya ini konferensi intenal, jadi engkau tidak dapat menghadirinya”.

“Terima kasih atas tawaran yang engkau berikan, wahai Tuan Karbon”.  Jawab photon. “Aku juga harus melaksanakan tugas besar yang telah diamanatkan oleh partikeltuaku”.

“Baiklah, kami pergi. Tidak boleh terlambat menghadiri acara. Semoga engkau berhasil menunaikan tugas besarmu tersebut”. Ucap Karbon. Mereka pun pergi. 

Tinggallah photon di sana separtikel diri.

Jumat, 07 Juli 2017

Little Photon:Journey to The Edge of Universe (Part 2)

Bagian 2: Journey Begin


Masih di lokasi yang sama di dalam inti matahari.

"Mari kita mulai perjalanan kita, adikku", berkata photon kepada neutrino. 

"Ya Kak.", jawab neutrino. "Kapanpun engkau siap", lanjutnya.

"Apakah engkau punya semacam petunjuk yang dapat kita gunakan untuk memulai perjalanan kita?", tanya photon.

"Tidak kak. informasi yang kami punya sama dengan informasi yang engkau punya.", neutrino merespon datar. "Mungkin sebaiknya kita mengamati kondisi sekitar dahulu, lalu memulai perjalanan kita ke arah yang dilalui paling banyak partikel".

Photon mengamati sekeliling. Dia melihat begitu banyak partikel-partikel berseliweran di hadapannya. Proton, elektron, helium, deuterium, photon berbagai frekuensi, semua membaur, bergerak secara bebas ke berbagai arah. Tidak terlihat adanya satu arah tertentu yang dilalui lebih banyak partikel dibandingkan arah yang lain.

"Aku tidak dapat menentukan satu arah dominan yang dilalui para partikel. Semua arah sama saja, tidak ada perbedaan.", ucap photon. "Mengamati lingkungan tidak banyak membantu kita", lanjutnya.

"Begitukah wahai kakak? kalau menurut kami justru hasil pengamatan mu memberikan kita informasi penting terkait perjalanan kita. Semua arah sama saja, jadi arah manapun yang kita pilih sebagai arah keberangkatan kita tidak akan menjadi masalah", tukas neutrino mantap.

"ya tentu saja. Kalian benar wahai adikku", photon menjadi lebih tenang setelah mendengar perkataan neutrino. 

"Baiklah, telah aku putuskan. Mari kita pilih arah yang berlawanan dengan arah kepergian partikeltua kita sebagai arah awal perjalanan kita. kalian setuju wahai neutrino adikku?"

"Ya kakak. Kami setuju dengan usulmu."

"Bagus. Dengan demikian telah diputuskan. Mari kita mulai perjalanan kita sekarang." Photon mengarahkan dirinya ke arah yang disepakati. "Sebagai kakak, aku akan berjalan di depan, dan kalian mengikutiku di belakang. Kita mulai secara lambat dulu saja sambil mengamati keadaan sekitar. Barangkali kita dapat memperoleh informasi tambahan".

"Ya kakak, kami di belakangmu.", respon neutrino mantap. 

"Baiklah. BERANGKAT..!!!!" 

Photon pun memulai perjalanannya.

"Oh ya, aku ingin menyampaikan pada kalian terkait... huuhhh??? neutrino adikku? kalian di mana???" 

Hanya sesaat setelah perjalanan dimulai, photon telah terpisah dari kedua adiknya.

Photon tidak menyadari bahwa dirinya merupakan partikel tercepat di alam semesta, dan dirinya tidak dapat mengurangi kecepatan gerak. Hanya perlu sesaat baginya untuk pergi jauh meninggalkan kedua neutrino, adiknya.

"TIIDAAAKKKKKK...!!!!!!!!!!"

Kamis, 06 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of Universe (Part 1)

Bagian 1: The Birth


Di suatu titik di dalam inti matahari.

“BUMMM...!!!” benturan yang sangat keras terjadi antara dua partikel deuterium. Benturan yang terjadi begitu dahsyat hingga bukannya hancur, kedua deuterium malah melebur menjadi satu. Di saat yang bersamaan, lahirlah photon.

“UUggh.... ini di mana? Ayah? Ibu?”

“Ya anakku” sahut sebutir partikel bermassa empat atom bernama helium yang tak lain adalah peleburan dua deuterium, orang tua photon.
Mendengar sahutan tersebut, Photon lalu menoleh ke arah kiri. Dilihatnya sesosok partikel yang berjarak hanya beberapa femtometer saja darinya. Dengan bersemangat photon berkata pada partikel tersebut. “Apakah engkau partikeltua ku?”

Sesaat kemudian partikel tersebut menjawab: “Bukan wahai photon. Aku adalah partikeltua photon lain, bukan dirimu. Engkau menoleh ke arah yang salah. Partikeltuamu yang sebenarnya tepat berjarak 23 femtometer pada arah 1890 dari arah propagasimu saat ini.

“Oh maafkan aku. Aku kira engkau adalah partikeltua ku”. Photon menjawab sopan, lalu memutar badan ke arah yang telah diberitahukan oleh partikel asing yang ramah tadi. Begitu pandangannya tepat mengarah ke arah yang dituju, apa yang dilihatnya membuatnya terkejut. Dilihatnya sesosok partikel yang sama persis dengan yang dia sangka partikeltuanya beberapa saat lalu. Dengan ragu-ragu photon pun bertanya pada partikel di hadapannya. “apakah engkau partikeltua ku? Tapi engkau sama persis dengan partikel yang kusangka sebagai partikeltua ku beberapa saat lalu. Sepertinya aku salah partikel lagi”.

“Tidak, wahai photon anakku. Akulah partikeltuamu. Engkau tidak salah partikel”, jawabnya secara cepat. “Semua partikeltua di sini, inti matahari, memang sebagian besar sama persis. Kami para partikeltua nyaris tidak memiliki perbedaan. Jadi wajar jika engkau tidak dapat langsung mengenaliku.” Lanjut helium.

Photon mengamati partikel helium di depannya. Tidak tampak perbedaan dari partikel yang sebelumnya dia ajak bicara.

“Dengarkan aku wahai anakku. Engkau terlahir untuk memikul yang sangat besar. Tanggung jawab yang tidak dapat aku, ataupun helium lain lakukan. Hanya engkau yang dapat melakukannya.”

“Tugas apa?”, tanya photon penuh rasa penasaran.

“Menerangi alam semesta”, jawab helium.

“Tapi untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, engkau harus melewati ujian yang sangat berat. Engkau harus dapat melewati awan partikel yang sangat rapat dan tebal. Engkau akan dibuat tersesat.Dilempar ke sana – ke mari tanpa memiliki petunjuk arah yang jelas. Engkau juga harus melawan tarikan monster gravitasi dan itu jauh dari kata mudah. Engkau akan menghabiskan waktu yang sangat lama untuk mengatasi ujian ini. Namun jangan menyerah. Bersama teman-temanmu sesama photon, aku yakin engkau akan sanggup melewati ujian dan keluar dari tempat ini.”

“Apakah aku sanggup untuk melakukannya?aku baru saja terlahir beberapa yottadetik yang lalu, dan kini engkau mengatakan bahwa aku harus melewati ujian yang sangat berat. Aku tidak memiliki cukup pengalaman. Aku takut...”

“jangan takut wahai anakku”, ucap helium sambil menenangkan photon. Yakinlah pada dirimu sebagaimana kami yakin pada dirimu. Akan aku berikan dua teman pendamping untukmu. Sebut saja mereka neutrino”. Ucap helium sambil menggerak-gerakan tubuhnya. Tidak berselang lama, muncullah dua partikel mungil identik mendekati photon.

“Hai kakak. Kami adalah adikmu, neutrino. Kami akan mendampingi kakak keluar dari tempat ini.”

Photon mengamati kedua neutrino di hadapannya tersebut. “Hai neutrino adikku. Kita akan bersama-sama berpetualang menembus tebalnya awan partikel yang menghalangi kita menuju kebebasan. Kita akan saling berbagi suka dan duka perjalanan.”

Helium tersenyum, lantas berkata: “Segeralah kalian memulai perjalanan kalian. Aku sudah harus pergi meninggalkan kalian. Semoga kalian berhasil, dan aku yakin kalian pasti berhasil.”

“Kami siap, wahai partikeltua ku” jawab photon dan neutrino bersamaan.

Helium tersenyum, lalu berbalik arah dan pergi meninggalkan photon dan neutrino.

Petualangan photon bersama dua neutrino menuju ujung alam semesta pun dimulai.

Selasa, 04 Juli 2017

tes


Sisa Waktu 20m0s




Pada sebuah tongkat yang memiliki panjang L, bekerja empat buah gaya dengan arah dan titik kerja seperti diilustrasikan pada gambar. Diketahui besar gaya F1 adalah 10 N. Jika tongkat tidak berotasi, hitung besar ketiga gaya yang lain. Nyatakan jawaban dalam newton.


Masukkan jawaban pada kotak yang disediakan (nilainya saja)