Bagian 5: Asking Direction
Hampir 3,54 microdetik berlalu
sejak photon berbicara dengan karbon bersaudara, namun dia masih tetap berada
di posisi yang sama. Bukan untuk menunggu kedatangan neutrino, namun berpikir tentang
misinya. Saat ini photon sudah lagi panik seperti saat dia sadar telah terpisah
dari saudaranya. Photon sedang memikirkan misinya, dan langkah apa yang akan
dilakukannya.
“Jika apa yang dikatakan oleh
Tuan Karbon tadi benar, maka pergi bersama kedua saudaraku akan sangat
berpotensi membahayakan kesuksesan tugas yang diberikan kepadaku. Dalam kondisi
normal saja perlu waktu yang sangat lama untuk dapat keluar dari matahari ini.
Apalagi jika rekan perjalananku buta arah, akan memakan waktu lebih lama lagi”,
photon berbicara dengan dirinya sendiri. “Apa maksud partikeltua ku menugaskan
kedua neutrino untuk menemaniku? Aku tidak mengerti. Jika aku ingat-ingat lagi
apa yang dikatakan olehnya saat kami akan memulai perjalanan...”
“Wahahahahaha...Wahahaha...!!!”
Photon terkejut sendiri.
“Mengapa malah suara menyeramkan
Tuan Karbon yang muncul di pikiranku? Bikin kaget saja. Dan karenanya aku jadi
melupakan perkataan partikeltuaku.” Photon menggerutu dalam pikirannya.
“Ya apa yang terlupakan biarlah
terlupakan. Jika memang sudah tiba waktuku untuk mengingatnya, aku pun akan
ingat dengan sendirinya.”Photon mencoba berpikir positif.
“Yang perlu kupirkirkan sekarang
adalah hanyalah menyelesaikan tugas mulia yang diberikan kepadaku. Namun
sebelum itu aku harus berhasil keluar dari matahari ini”.
Photon pun kembali melanjutkan
perjalanannya separtikel diri.
Mungkin sebaiknya aku bertanya pada
sesepartikel. Setidaknya aku perlu mengetahui di mana posisiku sekarang”,
gumam photon.
Setelah beberapa waktu, photon
berhenti di suatu titik. Di sana dia bertemu dengan sebuah partikel. Photon
memutuskan untuk bertanya pada partikel tersebut.
“Permisi Tuan Partikel, bolehkah
aku bertanya pada anda?” tanya photon pada partikel tersebut.
Namun tidak ada respon dari
partikel tersebut. Photon pun kembali mengulang pertanyaannya.
“Permisi Tuan Partikel, bolehkah
aku bertanya pada anda?” photon mengulang pertanyaannya.
Mendengar pertanyaan photon yang
kedua kali, partikel tersebut lantas memutar badannya sehingga menghadap
photon. Partikel tersebut memperhatikan photon sebentar, lantas berkata:
“Hai bocah, apa tidak ada yang
pernah mengajarimu sopan santun? Sebelum bertanya pada seseorang, perkenalkan
dulu dirimu.” Ucap partikel tersebut pada photon.
“Oh, maafkan aku wahai Tuan
Partikel yang baik. Namaku adal..” belum
selesai photon berkata-kata, partikel tersebut langsung memotong.
“Cukup, tidak penting siapa
dirimu. Apa yang ingin kau tanyakan? Cepat tanyakan, aku sibuk”.
“Baiklah.Aku ingin bertanya
kepadamu, di manakah posisiku sekarang ini? Jika aku ingin keluar dari
matahari, ke arah mana aku harus pergi?” photon mengatakan pertanyaannya kepada
partikel tersebut.
“Sebelum aku menjawab
pertanyaanmu, apakah kau tidak penasaran pada diriku?” partikel tersebut balik
bertanya pada photon.
“Tidak Tuan”, jawab photon polos.
“Apa kau yakin?”, partikel
tersebut kembali bertanya.
“Ya Tuan. Aku berkata sejujurnya”,
jawab photon.
“Hei bocah, apa kau ingin aku
menjawab pertanyaanmu? Jika ya maka ralat jawabanmu. Katakan kalau kau
penasaran dan ingin mengetahui jati diriku.” Partikel tersebut berkata pada
photon dengan nada sedikit mengancam.
“Baiklah. Aku sangat penasaran
dan ingin mengenal dirimu”, ucap photon menuruti keinginan partikel tersebut.
“Hohohoho....baiklah jika kau
memaksa. Namaku adalah Neutron. Sudah itu saja cukup. Informasi itu mahal.”
Jawab partikel yang mengaku bernama Neutron tersebut.
“Eeehhh... Baiklah” ucap photon. “Jadi
sekarang kau mau menjawab pertanyaanku”?
“Apa pertanyaanmu tadi?”
“Aku bertanya tentang..”
“Ya aku ingat. Apa kau pikir aku
ini bodoh? Tidak perlu kau ulang pertanyaanmu”. Ucap Neutron.
“Baiklah Tuan. Aku menunggu
jawaban.”
“2,3 elektron Volt.” Ucap
Neutron.
“Maksud Tuan?” tanya photon tidak
mengerti.
“Itu adalah biaya yang harus kau
berikan padaku untuk dua pertanyaanmu tadi. Baiklah, satu pertanyaan saja. Satu
pertanyaan aku beri secara gratis. Untuk pertanyaan pertamamu, kau sekarang
berjarak 23780 km dari pusat matahari.”
“Sekarang bayar dan aku akan
menjawab pertanyaan keduamu”.
“Aku tidak memiliki apa yang kau
minta tuan”, photon menjawab jujur.
“Apa? Dasar partikel miskin. Jika
tidak punya energi jangan bertanya pada orang lain.”
“Tolonglah Aku Tuan Neutron”.
Photon memelas.
“Yayaya baiklah. Ikuti saja arah
itu, maka kau akan baik-baik saja”. Ucap Neutron sambil menunjuk ke satu arah
tertentu.
Tanpa pikir panjang photon
langsung bergerak menuju arah tersebut sambil mengucapkan terima kasih pada
Neutron.
“Terima kasih Tuan”.
“Ya cepat pergi sana”, balas
Neutron.
Photon pun kembali melanjutkan
perjalanannya.
124 tahun telah berlalu sejak
dimulainya perjalanan photon.
***
363 tahun telah berlalu sejak
dimulainya perjalanan photon.
***
1203 tahun telah berlalu sejak
dimulainya perjalanan photon.
***
3766 tahun telah berlalu sejak
dimulainya perjalanan photon.
***
Dan akhirnya, 13658 tahun sejak
dimulainya perjalanan photon, photon masih berjarak 23780 km dari pusat matahari.
Selama lebih dari 13 ribu tahun, photon bergerak pada arah tangensial matahari, dan masih meneruskan perjalanannya pada arah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar