Kamis, 06 Juli 2017

Little Photon: Journey to The Edge of Universe (Part 1)

Bagian 1: The Birth


Di suatu titik di dalam inti matahari.

“BUMMM...!!!” benturan yang sangat keras terjadi antara dua partikel deuterium. Benturan yang terjadi begitu dahsyat hingga bukannya hancur, kedua deuterium malah melebur menjadi satu. Di saat yang bersamaan, lahirlah photon.

“UUggh.... ini di mana? Ayah? Ibu?”

“Ya anakku” sahut sebutir partikel bermassa empat atom bernama helium yang tak lain adalah peleburan dua deuterium, orang tua photon.
Mendengar sahutan tersebut, Photon lalu menoleh ke arah kiri. Dilihatnya sesosok partikel yang berjarak hanya beberapa femtometer saja darinya. Dengan bersemangat photon berkata pada partikel tersebut. “Apakah engkau partikeltua ku?”

Sesaat kemudian partikel tersebut menjawab: “Bukan wahai photon. Aku adalah partikeltua photon lain, bukan dirimu. Engkau menoleh ke arah yang salah. Partikeltuamu yang sebenarnya tepat berjarak 23 femtometer pada arah 1890 dari arah propagasimu saat ini.

“Oh maafkan aku. Aku kira engkau adalah partikeltua ku”. Photon menjawab sopan, lalu memutar badan ke arah yang telah diberitahukan oleh partikel asing yang ramah tadi. Begitu pandangannya tepat mengarah ke arah yang dituju, apa yang dilihatnya membuatnya terkejut. Dilihatnya sesosok partikel yang sama persis dengan yang dia sangka partikeltuanya beberapa saat lalu. Dengan ragu-ragu photon pun bertanya pada partikel di hadapannya. “apakah engkau partikeltua ku? Tapi engkau sama persis dengan partikel yang kusangka sebagai partikeltua ku beberapa saat lalu. Sepertinya aku salah partikel lagi”.

“Tidak, wahai photon anakku. Akulah partikeltuamu. Engkau tidak salah partikel”, jawabnya secara cepat. “Semua partikeltua di sini, inti matahari, memang sebagian besar sama persis. Kami para partikeltua nyaris tidak memiliki perbedaan. Jadi wajar jika engkau tidak dapat langsung mengenaliku.” Lanjut helium.

Photon mengamati partikel helium di depannya. Tidak tampak perbedaan dari partikel yang sebelumnya dia ajak bicara.

“Dengarkan aku wahai anakku. Engkau terlahir untuk memikul yang sangat besar. Tanggung jawab yang tidak dapat aku, ataupun helium lain lakukan. Hanya engkau yang dapat melakukannya.”

“Tugas apa?”, tanya photon penuh rasa penasaran.

“Menerangi alam semesta”, jawab helium.

“Tapi untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, engkau harus melewati ujian yang sangat berat. Engkau harus dapat melewati awan partikel yang sangat rapat dan tebal. Engkau akan dibuat tersesat.Dilempar ke sana – ke mari tanpa memiliki petunjuk arah yang jelas. Engkau juga harus melawan tarikan monster gravitasi dan itu jauh dari kata mudah. Engkau akan menghabiskan waktu yang sangat lama untuk mengatasi ujian ini. Namun jangan menyerah. Bersama teman-temanmu sesama photon, aku yakin engkau akan sanggup melewati ujian dan keluar dari tempat ini.”

“Apakah aku sanggup untuk melakukannya?aku baru saja terlahir beberapa yottadetik yang lalu, dan kini engkau mengatakan bahwa aku harus melewati ujian yang sangat berat. Aku tidak memiliki cukup pengalaman. Aku takut...”

“jangan takut wahai anakku”, ucap helium sambil menenangkan photon. Yakinlah pada dirimu sebagaimana kami yakin pada dirimu. Akan aku berikan dua teman pendamping untukmu. Sebut saja mereka neutrino”. Ucap helium sambil menggerak-gerakan tubuhnya. Tidak berselang lama, muncullah dua partikel mungil identik mendekati photon.

“Hai kakak. Kami adalah adikmu, neutrino. Kami akan mendampingi kakak keluar dari tempat ini.”

Photon mengamati kedua neutrino di hadapannya tersebut. “Hai neutrino adikku. Kita akan bersama-sama berpetualang menembus tebalnya awan partikel yang menghalangi kita menuju kebebasan. Kita akan saling berbagi suka dan duka perjalanan.”

Helium tersenyum, lantas berkata: “Segeralah kalian memulai perjalanan kalian. Aku sudah harus pergi meninggalkan kalian. Semoga kalian berhasil, dan aku yakin kalian pasti berhasil.”

“Kami siap, wahai partikeltua ku” jawab photon dan neutrino bersamaan.

Helium tersenyum, lalu berbalik arah dan pergi meninggalkan photon dan neutrino.

Petualangan photon bersama dua neutrino menuju ujung alam semesta pun dimulai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar